Tenun Tapis Lampung: Warisan Budaya dengan Makna Mendalam

Halo, Pesona People!
Kali ini Pesona Konveksi akan membahas salah satu kain tradisional penuh keindahan dan makna dari Provinsi Lampung, yaitu Tenun Tapis. Dikenal akan kemewahan benang emasnya dan motif yang sarat filosofi, kain tapis adalah warisan budaya yang tidak hanya indah dipandang, tetapi juga memiliki nilai historis, sosial, dan spiritual yang sangat kuat. Mari kita telusuri secara lebih mendalam!

Sejarah dan Asal-Usul Tenun Tapis

Tenun tapis berasal dari masyarakat adat Lampung, terutama suku Pepadun dan Saibatin. Sejak abad ke-2 Masehi, masyarakat Lampung telah mengenal teknik menenun yang kemudian berkembang menjadi sulaman benang emas yang kita kenal sekarang sebagai kain tapis.

Tapis awalnya digunakan sebagai pakaian adat dalam acara penting seperti pernikahan, penyambutan tamu, atau pengambilan gelar adat. Seiring waktu, kain ini berkembang menjadi simbol status sosial dalam masyarakat. Wanita Lampung menenun tapis sebagai bagian dari persiapan pernikahan, dan keterampilan ini menjadi bagian penting dalam identitas budaya mereka.

Kontak dengan pedagang luar, seperti dari India, Arab, dan Tiongkok, memperkaya estetika dan bahan pembuatan tapis. Benang emas dan perak menjadi bahan utama dalam menyulam motif-motif tertentu yang bermakna dalam kehidupan spiritual dan sosial masyarakat Lampung.

Proses dan Teknik Pembuatan Kain Tapis

Bahan Utama

Kain tapis dibuat dari bahan dasar benang kapas atau sutra yang ditenun secara tradisional. Setelah kain dasar jadi, penenun menyulamkan benang emas atau perak membentuk motif-motif khas.

Tahapan Pembuatan:

1. Pembuatan Kain Dasar: Ditentukan dari bahan seperti katun, tenun ATBM (Alat Tenun Bukan Mesin), atau tenun ikat.
2. Penyusunan Motif: Motif disusun secara simetris berdasarkan pola yang telah diwariskan secara turun-temurun.
3. Penyulaman Benang Emas: Proses menyulam dilakukan secara manual dengan teknik “nyucuk”—yakni menusukkan benang emas mengikuti pola motif. Proses ini bisa memakan waktu berminggu-minggu hingga berbulan-bulan, tergantung kerumitan.
4. Pewarnaan: Menggunakan pewarna alami dari tumbuhan seperti kunyit (kuning), daun indigo (biru), dan akar jelawe (merah).

Ragam Motif dan Filosofi

Motif-motif pada kain tapis bukan sekadar ornamen estetika, melainkan merepresentasikan nilai budaya, filosofi hidup, dan hubungan manusia dengan alam dan spiritualitas.

Motif Umum:

• Pucuk Rebung: Melambangkan harapan dan pertumbuhan.
• Gajah: Simbol kekuatan dan kebangsawanan, mengacu pada satwa khas Lampung.
• Kapal: Mewakili perjalanan hidup dan koneksi dengan laut.
• Bintang dan Bulan: Berkaitan dengan kepercayaan kosmologis masyarakat Lampung.
• Siger: Mahkota wanita Lampung yang juga menjadi simbol kehormatan.

Setiap daerah memiliki variasi motif tapis, seperti:

• Tapis Jung Sarat: Digunakan dalam upacara besar.
• Tapis Raja Medal: Melambangkan status sosial tinggi.
• Tapis Tuho: Warna lebih tua dan cenderung dipakai oleh tetua adat.

Fungsi Sosial dan Upacara Adat

Kain tapis memiliki fungsi sosial yang kuat dalam kehidupan masyarakat Lampung. Ia tidak hanya dipakai sebagai busana, tetapi juga memiliki peran penting dalam:

• Pernikahan: Pengantin wanita mengenakan tapis sebagai simbol kemurnian dan kesiapan berumah tangga.
• Pemberian Gelar Adat: Tapis menjadi simbol kehormatan dan status.
• Penyambutan Tamu: Kain tapis dikenakan saat menyambut tamu kehormatan dalam upacara adat.
• Tarian Tradisional: Penari Lampung mengenakan tapis lengkap dengan siger dan aksesoris lainnya.

Dalam masyarakat adat Pepadun dan Saibatin, penggunaan jenis tapis tertentu diatur secara ketat dan menunjukkan posisi sosial, usia, serta status perkawinan seseorang.

Nilai Spiritual dalam Tapis

Dalam budaya Lampung, tapis dianggap memiliki kekuatan spiritual. Benang emas dianggap sebagai lambang keagungan dan kesucian. Motif tertentu dipercaya membawa keberkahan dan perlindungan dari mara bahaya.

Kain ini sering dianggap sebagai media penyambung antara dunia fisik dan dunia spiritual, dan dikenakan dalam ritus tertentu untuk memperkuat ikatan dengan leluhur atau alam semesta.

Pelestarian dan Inovasi

Tenun tapis mengalami dinamika dalam pelestariannya. Sejumlah komunitas dan perajin di Lampung masih mempertahankan teknik tradisional dan mengajarkan kepada generasi muda.

Selain itu, tapis mulai mengalami modernisasi. Desainer lokal hingga nasional kini memadukan tapis ke dalam:

• Busana modern: Dress, jas, outer, dan blazer.
• Aksesori: Dompet, tas, sepatu, dan syal.
• Dekorasi interior: Pajangan dinding, taplak meja, dan frame artistik.

Pelatihan UMKM, festival tapis, serta dukungan dari Dinas Kebudayaan dan pariwisata turut mendorong tapis naik kelas ke pasar nasional dan internasional.

Namun, tantangan tetap ada:

• Sulitnya bahan baku benang emas berkualitas.
• Regenerasi perajin yang lambat.
• Maraknya kain tapis imitasi dari mesin.

Perbedaan Tapis Asli dan Imitasi

Masyarakat kini perlu mengenali perbedaan tapis asli dan buatan pabrik agar tidak salah membeli:

Kesimpulan

Tenun tapis Lampung adalah mahakarya budaya yang mencerminkan ketekunan, filosofi kehidupan, dan kecintaan masyarakat Lampung terhadap warisan leluhur mereka. Dari proses pembuatannya yang rumit, motif sarat makna, hingga penggunaannya dalam kehidupan sosial dan spiritual, tapis tetap relevan sebagai identitas budaya yang patut dijaga dan dibanggakan.

Sebagai masyarakat Indonesia, mengenal dan menghargai tapis berarti turut serta menjaga akar budaya bangsa yang begitu kaya dan dalam.

Referensi

1. Kumparan – Kain Tapis Lampung
2. Etnis.id – Kain Tapis dalam Kebudayaan Masyarakat Lampung